menunggu Fajar yang menghilang
Matahari perlahan mulai tenggelam
Aku sadar malam akan mengajak sepi
untuk ikut menengelamkan senyumku.
Hari ini telah terlewati.
Hari dimana pada pagi hari aku selalu
mencoba mengawali keramahan dan kepedulian untuk dia.
Seperti biasa aku menjalankan rutinitas
normal hari ini
Lalu sekarang aku membaringkan tubuh
lelah ini berharap untuk segera bisa tertidur.
Sampai hari baru itu akan datang tuk
membangunkanku. Bersama matahari baru juga harapan baru.
Saat aku berbaring dimana seisi dunia
ini telah menidurkan lelahnya.
Aku terpikirkan tentang dia.
Terkadang aku tersenyum
membayangkannya, kadang pula senyum itu berubah jd sebuah tawa kecil, tawa
kecil itu berubah menjadi tawa terbahak-bahak.
Aku bergumam pada diriku sendri "ini sudah gila".
Sering pikiran itu membuatku sulit
bernapas. Perasaan seperti sedang mencekik leherku.
Perasaan itu seperti mengiyakan air
mataku mengalir keluar menjadi tangisan.
Sekali aku mencoba untuk menahan dan
melawan perasaan itu, maka sekali itu juga aku kalah.
Entah bagaimana meskipun kedua hal itu (happy & sad) selalu aku lewati tapi
tanpa sadar aku sudah menemukan raga ini tertidur dan mimpi-mimpi mulai
menemani dan mengantarku sampai hari yang baru datang.
Ketika aku terbangun bersama perasaan
dan emosi tadi malam.
Aku menyemangati pagiku dan segera
tersenyum
Kemudian aku melihat keluar jendela,
walaupun aku tahu kala itu fajar masih berupa hitamnya.
Keyakinan bahwa harapan akan terangnya
tak lama lagi muncul seperti kuatnya keyakinanku akan kesempatan dan harapan
lain untuk bisa kembali menemukan dia. (suatu
saat dan tak kan kupaksakan)
Kemarin, hari ini, besok aku akan tetap
mengucapkan "Thanks God".
Terimakasih untuk matahari-Mu yang
selalu mengawali hariku, terimakasih karena telah menguatkan aku
Yang terpenting
terimakasih untuk masih membuatku menunggu fajar berikutnya.
Karena sampai
kapanpun aku akan tetap menunggunya.
Tak peduli berapa
lama, aku ingin tetap melihatnya, melihat matahari pagi seperti matanya yang
terus meyakinkanku akan harapan itu.
Kau tetap fajarku,
kau tetap matahari terbitku dan akan terus menjadi hari baruku.