RSS

Surat Ibu untuk Sang Organisator



Surat Ibu untuk Sang Organisator

                Surat ini ku persembahkan untuk anakku sang organisator, yang sibuk dengan segudang aktivitasnya.
Bacalah surat ini dari Ibu yang merindukan sosokmu dirumah

          Banyak orang bilang, anakku gemar berorganisasi. Mereka bilang anakku sibuk dengan kegiatan-kegiatannya, mereka bilang anakku menghabiskan kesehariannya disekolah, mereka bilang anakku mengemban amanah teman-teman satu sekolah, mereka bilang anakku seorang organisator. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak? Ibu bilang kamu hanya seorang putri ibu yang polos.

                Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ?
                Anakku, kita memang berada disatu atap, di atap yang penuuh kenangan manis. Mengingat saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi melukis senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.


                Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya, kapan terakhir kau menanyakan kabar ibumu ini? Apakah kau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir kau menanyakan keadaan adik-adikmu? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu?
                Memang nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga? bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga?
              

Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang semakin tua ini

                Mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?
                Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu.. Ibu hanya berharap engkau dapat meluangkan waktumu untuk Ibu dan adik-adikmu dirumah. Ingatlah kamu bukan robot! Tubuhmu membutuhkan haknya untuk diistirahatkan! 


 "Maafkan aku Ibu yang sering meninggalkanmu, maafkan aku yang mungkin terlalu memikirkan organisasiku, maafkan aku jika aku membuat hatimu terluka, Tapi sungguh bu, aku sangat sedih ketika harus pergi keluar, sungguh aku juga merindukan suasana rumah kita."

Surat ini aku persembahkan untuk teman-teman ku 
dengan segudang aktivitas yang mungkin belum sadar bahwa
ada seorang wanita yang merindukan sosoknya dirumah :)





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rindu Kalian



Rindu Kalian

Ketika Fajar tiba, aku melangkahkan kaki ini keluar
Ketika kalian bertanya “pulang jam berapa?”
Aku hanya dapat menjawab “bisa jadi malam”
Dan kalian melukiskan sebuah lekukan dibibir,
lekukan itu seperti senang dan sedih.
Entahlah.. aku bingung
Ketika bintang mulai bertaburan,
Ku lihat jam ditangan,
Menunjukan pukul 21.00
Setapak demi setapak menghantarkanku kembali kerumah
Sekali lagi kulihat jam ditangan,
Manunjukan pukul 21.30
Ku ketuk pintu dan salam,
Tak kunjung ada jawaban
Ku langkahkan kaki ini kedalam,
Sunyi senyap, tak ada siapapun
Ku tengok lebih kedalam,
Yang ku lihat adalah raut wajah kalian yang terlelap
Raut wajah yang sangat aku rindukan
Maafkan aku yang tak pernah meluangkan waktu untuk kalian
Maafkan aku yang sering membuat kalian khawatir
Maafkan aku yang sering meninggalkan kalian
Maafkan aku yang belum bisa adil terhadap kalian dan organisasiku
Maafkan aku yang masih memaksakan kehendak
Maafkan diri ini yang masih menyia-nyiakan waktu berharga itu
Maafkan diri ini yang telah melewatkan moment bersama kalian
Maafkan aku yang belum bisa tertawa bersama kalian
Sesungguhnya niat dalam hati ini amatlah baik
Sesungguhnya hati ini amat pedih ketika menghabiskan waktu diluar
Sesungguhnya diri ini amat merindukan saat-saat kita tertawa bersama

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Melakoni Perannya



Melakoni Perannya

Sejak mentari menampakan sinarnya,
Manusia memulai aktivitasnya,
Dia melangkahkan kakinya dari rumah,
Hatinya terpanggil demi tuntutan peran,
Di ujung sana sebuah tanggungjawab menunggunya,
Setapak demi setapak membawanya kesana,
Sebuah profesi yang membuatnya menaruh loyalitas penuh
Sebuah peran yang mampu membuatnya mengabdi penuh
Dia siap berkorban demi pengabdian pada peran yang ia lakoni
Hingga tanpa ia sadari, ia mengesampingkan keluarganya
Hingga ia lupa rasanya bersantai dirumah
Baginya, loyalitas merupakan sebuah pilihan
Ketika mentari menyembunyikan sinarnya,
Sinar bulan dan bintang menggantikan mentari,
Dia menapakan kakinya kerumah,
Disibaknya kain yang menggantung,
Yang ia lihat adalah mereka yang sudah terlelap

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS