RSS

Rasaku bukan Rasamu

          Aku merasa jatuh yang tak pernah kuduga sebelumnya, hingga sebuah tanya muncul; mengapa bisa? Mengapa kamu? Mengapa pada seseorang yang dapat kuketahui dengan pasti, bahwa ini adalah kemungkinan yang tidak mungkin? Ada rasa yang datang tanpa diundang, hingga tanpa sadar kuletakkan namamu pada urutan paling pertama dalam segala hal. Ada cinta yang sampai kini masih kusangkal. Sebab aku sadar ini adalah rasaku, bukan rasamu.

          Barangkali, begitulah risiko jatuh cinta, andai hati dapat memilih kemana ia akan jatuh, sayangnya tidak bisa. Tidak ada yang salah dengan sebuah rasa. Tidak semua orang yang singgah di hati kita adalah orang yang bisa menetap, ada yang hadir hanya untuk sekedar memberikan jejak. Perkenalan dan pertemuan yang begitu singkat namun membekas, dan meninggalkan sebuah rasa, rasa yang hanya rasaku, bukan rasamu.

          Aku yang hanya bisa melihat profilmu dan last seen mu, kamu online, tapi bukan untukku. Kamu masih terjaga dilarutnya malam, tapi bukan karena ku. Kamu saat ini bahagia, tapi bukan aku alasan dari bahagiamu. Namun, kamu adalah alasanku untuk terus menatap layar ponsel hanya sekedar melihat apakah kamu online atau tidak, kamu penyebab timbulnya senyum dan tawaku yang tak jelas, notifikasi darimu yang aku dambakan. Sepertinya kamu sudah memberikan hatimu kepada seseorang yang kau pilih, yang tentunya rasamu juga untuknya.

          Sementara aku, tinggal di antara ribuan pertanyaan; tentang mengapa kita kemudian dipertemukan. Sementara aku, berdiam di tengah ratusan perkiraan; tentang mengapa kepadamu, jatuhku tampak diizinkan. Jauh, sebelum cinta tampak nyata, sudah kusadari bahwa semuanya akan berakhir dengan sia-sia. Kamu seperti ada untuk kucintai saja, bukan untuk kumiliki. Seperti menggenggam angin, terasa tapi tak tergenggam. Aku hanya menunggu rasaku padamu hilang seperti saat angin menerbangkan dandelion.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS