Aku
memilih meng-iya-kan semuanya. Aku memilih diam, pura-pura tidak masalah. Ini bukan masalah aku terlalu berharap atau
kau pemberi harapan palsu. Sama sekali bukan. Ini tentang sebuah janji. Janji
yang dengan begitu ringan diingkari. Janji yang selalu terdengar sangat manis,
menumbuhkan dan menyuburkan pohon harapan di hati orang-orang yang
mendengarnya, orang-orang yang punya harapan, orang-orang yang ditinggali janji
itu.
Akan
tetapi, janji yang terdengar manis
ketika diucapkan, membuat benih harapan tumbuh subur, acapkali terasa sangat
pahit ketika mengetahui kenyataannya bahwa janji itu tak pernah ditepati, janji
itu teringkari, janji itu tak terpenuhi.
Belajar
dari hujan,, Hujan tak pernah menjanjikan pelangi walau pelangi sangat indah.
Tak seorangpun akan keberatan atas sebuah janji pelangi. Hujan tak pernah
menjanjikannya. Hujan hanya menjanjikan basah dan kesegaran. Dan janjinya
selalu ditepatinya. Hujan pula tak pernah menjanjikan mendung, mendung juga tak
perrnah menjanjikan hujan.
"Janji
itu sudah menguap. Bahkan ketika belum sempat kau penuhi, janji itu sudah pergi
entah kemana. Hanya sesaat menerbangkan, tapi kemudian terhempas dan hilang tak
jelas arah." — Hujan Mimpi
0 komentar:
Post a Comment